PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Permasalahan Penelitian Penelitian umumnya dimulai dengan adanya permasalahan yang perlu dicari pemecahanya atau jawaban secara ilmiah. Pertemuan antara aspek objektif dan aspek subyektif ini merupakan titik tolak dasar dari semua penelitian. Setiap penelitian selalu bermula dari adanya masalah‐masalah yang timbul di lapangan maupun sesuatu yang masih menjadi pertanyaan bagi peneliti dan orang banyak. Masalah menjadi semacam tempat awal berpijak melakukan penelitian, untuk selanjutnya dipecahkan melalui langkah‐langkah yang sistematis seperti yang ada dalam sebuah penelitian ilmiah. Untuk memberikan jawaban secara ilmiah terhadap pertanyaan penelitian peneliti mencoba menggali khsanah teori dan konsepi konsep yang relevan dengan permasalahan yang diajukan. Jawaban –jawaban yang dimaksud memiliki dua kedudukan yaitu: 1. sebagai jawaban final terhadap permasalahan penelitian, merupakan konklusi dan diperlukan sebagai tesis. 2. jawaban tadi walaupun dianggap paling benar namun masih akan dibuktikan lagi pada tahap lain.dianggap sebagai hipotesis jika jawaban itu diperlukan sebagi hipotesis, maka masih ada satu tahap lagi yang harus dilewati yaitu pembuktian. Permasalahan dapat didefenisikan sebagai statement mengenai populasi yang menunjukan adanya jarak antara rencana dan pelaksanaan antara aspirasi dengan kenyataan, antara cita‐cita dengan harapan, yaitu antara das sollen dan das sein. Jarak antara das sollen dan das sein tersebut sering kali berupa ketimpangan, ketidakseimbangan, kelangkaan, kekurangan, ketidaktahuan, dan semacamnya sumber untuk merumuskan permasalahan penelitian bisa dari bermacam‐macam sumber: 1. kepustakaan 2. pengalaman 3. pengamatan 4. seminar/diskusi 5. intuisi, maupun 6. pernyataan pemegang otoritas. Rumusan permasalahan yang baik memiliki ciri‐ciri sebagai berikut: 1. permasalahan dirumuskan secara spesifik hanya mengenai aspek tertentu secara jelas, kecuali peneliti memilki waktu, biaya, dan tentu saja kemampuan secara cukup memadai 2. permasalahan penelitian harus memiliki basic empirical atau bersifat factual problem metafisik seyogyanya tidak memiliki prioritas dalam riset 3. permasalahan prioritas perlu diorientasikan pada satu teori tertentu sebab teori merupakan body of knowledge yang memberikan penjelasan pada keaneka yang luas mengenai suatu fenomena. 4. permasalahan penelitian dirumuskan seyogyanya mimiliki tingkat tingkat aktulitas yang tinggi sehingga memiliki pula academic interest dan public interest yang cukup yang sangat tinggi bagi pengembangnya. Dengan demikian dapat disimpulkan ada 3 langkah awal dalam proses penelitian, yaitu: 1. Identifikasi bidang masalah (topik) 2. Pencarian data awal melalui studi pustaka (survey literature) 3. Perumusan masalah secara jelas dan tepat Alur berpikir dalam merumuskan masalah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3‐1. berikut ini. Latar Belakang Masalah ⇓ Identifikasi Masalah ⇓ Batasan Masalah ⇓ Rumusan Masalah Gambar 3‐1. Pola Pikir Merumuskan Masalah Penelitian 3.1.1. Seleksi Topik dan Masalah Sumber utama dalam pemilihan permasalahan ini adalah: • teori • studi empiris sebelumnya • pengalaman peneliti Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam seleksi topic penelitian adalah: 1. Apakah ada permasalahan? 2. Apakah masalah tersebut dapat dipecahkan melalui penelitian? 3. Apakah masalah tersebut menarik untuk dipecahkan? 4. Apakah masalah tersebut bermanfaat untuk dipecahkan? 3.1.2.. Sumber Permasalahan Ada dua sumber permasalahan yang dapat digunakan untuk penelitian, yaitu: 1. Literatur atau bahan bacaan yg berhubungan denan minat dan pengetahuan peneliti 2. Pengalaman (pribadi) juga akan merupakan sumber permasalahan yang cukup banyak 3.1.3.Karakteristik Permasalahan Peneliti Karakteristik yang pertama adalah: Permasalahan tersebut dapat diselidiki melalui pengumpulan dan analisis data. Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan filosofi dan etika sangat sulit untuk diteliti. Karakteristik yang kedua adalah: Mempunyai arti penting baik dari latar belakang teori maupun praktek. Sekedar menemukan permasalahan yang tidak ada hubungannya dengan pengembangan teori ataupun tidak memberikan manfaat apapun dalam praktek (bisnis) bukan merupakan hal yang disarankan dalam penelitian. Permasalahan yang baik, sebenarnya adalah permasalahan yang dirasakan baik oleh peneliti, dalam arti empat macam hal berikut : 1. Mempunyai keahlian dalam bidang tersebut 2. Tingkat kemampuan peneliti memang sesuai dengan tingkat kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang ada 3. Peneliti mempunyai sumber daya yang diperlukan 4. Peneliti telah mempertimbangkan kendala waktu, dana, dan berbagai kendala yang lain dalam pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan 3.1.4. Identifikasi Masalah Proses identifikasi masalah adalah: Apabila manajemen mengetahui dan menyadari bahwa telah atau akan terjadi situasi yang tidak diinginkan dalam perusahaan.Beberapa situasi yang tidak diinginkan ini misalnya, pemogokan karyawan, tingginya tingkat perputaran karyawan, penurunan jumlah produksi, pemilihan mesin pengganti dan sebagainya.Bagi peneliti pemula, pertanyaan yang sering timbul adalah dari mana permasalahan dapat diperoleh, atau bagaimana melihat permasalahan yang layak untuk diteliti? Sementara permasalahan dalam perusahaan tidak terhitung jumlahnya, peneliti pemula mungkin dapat memanfaatkan teori yang telah dipelajari. Permasalahan dapat diperoleh dari penerapan teori ke dalam praktek bisnis yang ada. Banyak teori yang relevan dengan penelitian bisnis, misalnya, teori motivasi dan kepemimpinan serta manajemen produksi, pemasaran, dan keuangan. Identifikasi permasalahan yang diturunkan dari teori membawa beberapa keuntungan, yaitu: 1. Peneliti sudah mempelajari teori aplikasinya yang terkait untuk menjawab persoalan yang ada 2. Formulasi hipotesis pada umumnya akan menjadi lebih mudah dan jelas, karena mempunyai hubungan yang erat dengan teori 3. hasil penelitian akan memberikan kontribusi terhadap teori yang dijadikan dasar untuk perumusan masalah Identifikasi masalah memerlukan kreativitas, pengetahuan, pengalaman, dan kadang‐kadang juga keberuntungan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan permasalahan penelitian adalah: 1. Kegunaan Penelitian Aspek yang penting dalam pemilihan masalah penelitian adalah kegunaan penelitian. Dengan kata lain, penelitian hanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang mempunyai manfaat lebih besar dari pada biayanya. Pada beberapa penelitian tertentu, meskipun nilai penelitiannya tidak dapat diukur dengan nilai moneter, kegunaannya sudah tidak dapat diragukan lagi. 2. Prioritas Banyak permasalahan yang memerlukan penelitian serta mempunyai kegunaan penelitian yang jelas dalam perusahaan. Suatu permasalahan tertentu, mungkin menjadi permasalahan yang sangat penting pada beberapa periode yang akan datang, namun belum terlalu penting untuk diteliti pada saat sekarang. 3. Kendala Waktu dan Dana Waktu dan Dana yang tidak sedikit diperlukan untu mendukung pelaksanaan penelitian tersebut. 4. Dapat diselidiki Pertimbangan lain yang tidak boleh ditinggalkan adalah apakah permasalahan yang dipilih dapat diselidiki. Ada dua hal dalam hubungan dengan dapat dan tidaknya suatu permasalahan untuk diselidiki. Hal ini bias terjadi karena masalah tersebut secara teoritis tidak dapat diselidiki, atau belum terdapat teori dasar untuk menyelidiki sehingga baru pada saat nanti. 3.1.5. Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah konteks dari penelitian, alasan mengapa penelitian diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian (Evans, 1997:63). Beberapa karakteristik perumusan masalah yang baik adalah sebagai berikut: 1. Pada umumnya menunjukkan variabel yang menarik peneliti dan hubungan deskriptif, dimana permasalahan secara sederhana diungkapkan dalam suatu pertanyaan yang harus dijawab. Namun demikian arti penting penelitian tetap pada hubungan antar variabel. Perkecualian dalam hal ini adalah dalam metode penelitian deskriptif, dimana permasalahan mungkin merupakan suatu pertanyaan yang sederhana untuk dijawab 2. Menyusun definisi dari semua variabel yang relevan, baik secara langsung maupun operasional. Definisi operasional ini harus jelas dan spesifik sehingga tidak menimbulkan berbagai macam penafsiran yang berbeda, yang pada akhirnya akan “mengganggu” pelaksanaan penelitian. Perumusan masalah harus disertai dengan latar belakang masalah. Latar belakang masalah adalah segala informasi yang diperlukan untuk memahami perumusan masalah yang disusun oleh peneliti. Dengan kata lain, latar belakang masalah merupakan informasi yang diperlukan untuk mengerti permasalahan yang ada. Dengan penyajian latar belakang masalah, pemahaman permasalahan penelitian menjadi lebih jelas. Perumusan masalah ini merupakan komponen yang pertama, baik dalam proposal maupun dalam laporan penelitian. Oleh karena itu pernyataan masalah memberikan arah terhadap penelitian yang dilakukan. Bentuk rumusan masalah penelitian terdiri dari: a. Permasalahan deskriptif, yakni permasalahan yang menggambarkan keberadaan variabel mandiri Contoh: • Seberapa besar tingkat produktivitas kerja karyawan PT. XYZ?. • Bagaimana sikap masyarakat tentang konsep bisnis multilevel marketing? • Seberapa tinggi tingkat penjualan bisnis franchising PT. ABC? b. Permasalahan komparatif, adalah permasalahan yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih objek/sampel yang berbeda. Contoh : • Adakah kesamaan antara sistem penjualan minuman ringan A dengan B?. • Adakah perbedaan kemampuan kerja karyawan perusahaan swasta nasional dengan perusahaan asing? c. Permasalahan asosiatif, merupakan permasalahan yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. Ada 3 bentuk hubungan dalam hal ini: 1). Hubungan simetris : hubungan yang secara kebetulan munculnya bersama. Contoh: • Adakah hubungan antara pemilihan lokasi perusahaan dengan dengan tingginya penjualan?. • Adakah hubungan antara tinggi badan dengan prestasi penjualan?. 2). Hubungan kausal : hubungan yang bersifat sebab akibat antara variabel independen (mempengaruhi) dengan variabel dependen (dipengaruhi).: Contoh: • Seberapa besar pengaruh promosi terhadap volume penjualan? • Adakah hubungan emotional quetion dengan kinerja karyawan?. 3).Hubungan interaktif/resiprocal: hubungan yang saling mempengaruhi, namun tidak diketahui mana variabel independen dan variabel dependen. Contoh: • Adakah hubungan motivasi dengan prestasi ?. • Adakah hubungan kecerdasan dengan kekayaan?. 3.2. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka atau Landasan ilmiah terlihat dalam tiga tahap yaitu : 1. landasan teori , untuk mencari jawaban sementara secara ilmiah 2. landasan metodologi untuk membuktikan jawaban teoritik 3. landasan kecendiakawanan dalam menginterpretasikan hasil hasil penelitian. Tinjauan pustaka, atau survey literature, merupakan langkah penting di dalam penelitian. Langkah ini meliputi identifikasi, lokasi, dan analisis dari dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian secara sistematis. Teori‐teori akan memberikan landasan dan pengarahan terhadap penelaahan permasalahan penelitian. Kecanggihan suatu penlitian diantaranya terletak pada landasan teori yang digukan untuk memecahakan permasalahan penelitian. Tujuan utama dari tinjauan pustaka ini adalah untuk melihat apa saja yang pernah dilakukan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Selain menghindarkan diri dari duplikasi penelitian, tinjauan pustaka juga dapat menghasilkan pengertian yang lebih jauh tentang permasalahan yang diteliti. Melalui langkah ini penyusunan hipotesis juga lebih baik karena pemahaman permasalahan yang diteliti akan lebih mendalam. Strategi penelitian juga lebih baik apabila peneliti menempuh langkah ini. Dengan mengetahui penelitian yang telah dilakukan, penelitian akan dapat menghindarkan diri dari kekurangan yang ada pada peneliti sebelumnya. Di samping itu dengan mengetahui berbagai penelitian yang sudah ada, peneliti akan menjadi lebih tajam dalam melakukan interpretasi hasil penelitian. Bagi peneliti pemula, kesulitan yang timbul adalah sejauh mana tinjauan pustaka ini harus dilakukan. Tidak ada kriteria yang tegas mengenai hal ini. Namun tiga hal berikut dapat dipertimbangkan sebagai masukan untuk menentukan seberapa jauh tinjauan pustaka perlu dilakukan: • Semakin banyak tinjauan pustaka tidak selalu semakin baik Fokus terhadap area penelitian lebih diutamakan • Bidang penelitian yang telah sering dilakukan memerlukan focus yang lebih terpusat dari pada area baru dimana penelitian masih jarang dilakukan • Sebaliknya apabila penelitian yang dilakukan adalah pada bidang yang belum atau masih jarang dilakukan penelitian, pembatasan focus menjadi agak lebar 3.2.1.Persiapan Beberapa hal berikut sebaiknya diketahui sebelum mulai melaksanakan tinjauan pustaka: • Prosedur dan aturan yang berlaku unuk menggunakan perpustakaan. • Kelengkapan pustaka dan pelayanan yang tersedia • Tersediannya data spesifik tentang permasalahan manajemen/bisnis dan ekonomi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. 3.2.2.Sumber Pustaka Pada umumnya terdapat banyak sumber pustaka yang dapat dipergunakan dalam penelitian, misalnya, buku teks, jurnal, dan berbagai macam artikel bisnis dan ekonomi. Pencarian data dapat dilakukan melalui mesin pencari, seperti: • Yahoo http://www.yahoo.com • Google http://www.google.com • Alta Vista http://www.altavista.com Dokumen ini meliputi jurnal, abstrak, tinjauan, buku, data statistic, dan laporan penelitian yang relevan. Landasan teoritik yang kuat terarah tersusunnya hipotesis penelitian yang dapat diandalkan.

Comments

Popular posts from this blog

STANDAR AKUNTANSI

MAKALAH HAJI