Resume "Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam permintaan agregat"
Nama
: Eri Ariantoro
NPM :14.0102.0081
|
permintaan
agregat
Banyak
faktor yang mempengaruhi permintaan agregat selain kebijakan moneter dan
fiskal.
Bagaimana
Kebijakan Moneter memPengaruhi Permintaan Agregat
Kurva
permintaan agregat miring ke bawah untuk tiga alasan:
1.
Efek
kekayaan
2.
Pengaruh
suku bunga
3. Pengaruh
nilai tukar
Teori
Preferensi Likuiditas
Keynes
mengembangkan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan faktor-faktor apa
menentukan tingkat bunga perekonomian.
Menurut teori Keynes, suku bunga berubah - ubah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.
Menurut teori Keynes, suku bunga berubah - ubah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.
Jumlah
Uang yang Beredar
Jumlah
uang beredar dikendalikan oleh Bank Sentral melalui:
Operasi
pasar terbuka
Mengubah
persyaratan cadangan
Mengubah
tingkat diskonto
Bank
Sentral mengendalikan jumlah uang yang beredar secara langsung.
Permintaan
Uang
Ada
banyak factor yang menentukan jumlah permintaan uang, Faktor yang di garis
bawah I oleh teory preferensi likuiditas adalah suku bunga
Alasanya
adalah suku bunga merupakan biaya kesempatan untuk memiliki uang. Kenaikan suku
bunga menaikkan biaya kepemilikan uang sehingga mengurangi jumlah permintaan
uang. Penurunan suku bunga mengurangi biaya kepemilikan uang dan menaikkan
jumlah permintaan.
Keseimbangan
di Pasar Uang
Menurut
teori preferensi likuiditas:
·
Tingkat
bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan
uang.
·
Ada
jenis suku bunga, yang disebut suku bunga keseimbangan, di mana jumlah uang yang
diminta sama dengan jumlah uang yang disediakan.
Kemiringan
ke bawah Kurva Permintaan Agregat
1.
Tingkat
harga yang lebih tinggi menaikkan permintaan uang.
2.
Permintaaan
uang yang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi.
3.
Suku
bunga yang lebih tinggi mengurangi jumlah permintaan barang dan jasa.
Jumlah barang dan jasa yang diminta jatuh.
Jumlah barang dan jasa yang diminta jatuh.
Hasil
akhir dari analisis ini adalah hubungan negatif antara tingkat harga dan jumlah
permintaan barang dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat
yang miring kebawah.
Perubahan
Uang Beredar
Satu variable penting yang menggeser kurva
permintaan agregat adalah kebijakan moneter.
Apabila
bank sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga turun dan jumlah
permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan
kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, Apabila bang sentral
menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah jumlah
permintaan barang dan jasa uantuk tingkat harga tertentu turun, yang
menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.
Peran
Target suku bunga dalam kebijakan moneter.
Kebijakan
moneter dapat dijelaskan baik dalam terminology jumlah uang yang beredar maupun
terminology suku bunga.
Perubahan
dalam kebijakan moneter dapat dilihat baik dari segi target berubah menjadi
tingkat bunga atau dalam hal perubahan jumlah uang beredar.
Bagaimana
Kebijakan Fiskal mempengaruhi Permintaan Agregat
Kebijakan
fiscal merujuk pada pilihan-pilihan pemerintah mengenai tingkat pembelanjaan
atau pajal Negara secara keseluruhan.
Perubahan
Belanja Pemerintah
-
Ketika pembuat kebijakan mengubah jumlah uang beredar atau pajak, efek pada
permintaan agregat tidak langsung - melalui keputusan pengeluaran perusahaan
atau rumah tangga.
-
Ketika pemerintah mengubah pembelian sendiri barang atau jasa, itu menggeser kurva
agregat permintaan langsung.
Ada
dua efek ekonomi makro yang menyebabkan pergeseran kurva permintan agregat
berbeda dengan perubahan belanja pemerintah:
Efek Pengandaan:
Pergeseran tambahan pada permintaan agregat yang munculjika kebijakan fiscal ekspansif
meningkatkan pendapatan yang menyebabkan kenaikan belanja konsumen.
RUMUS
PENGGANDAAN BELANJA
Rumus
untuk multiplier adalah:
Penggandaan
= 1 / (1 – MPC)
|
Angka
terpenting dalam rumus ini adalah kecenderungan konsumsi marginal (marginal
propensity to consume –MPC ) bagian pendapatan tambahan yang di konsumsi oleh
rumah tangga alih-alih oleh rumah tangga.
Efek
Pembatasan Paksa
Kenaikan
belanja pemerintah menyebabkan tingkat bunga naik. Tingkat bunga lebih tinggi
mengurangi pengeluaran investasi. Penurunan permintaan yang terjadi ketika
ekspansi fiskal meningkatkan tingkat bunga disebut efek pembatasan paksa
(crowding-out effect).
Perubahan
– Perubahan Dalam Perpajakan
Perangkat
kebijakan fiskal lainnya, selain tingkat belanja pemerintah, adalah tingkat
perpajakan. Apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan perseorangan,
misalnya, pendapatan bersih rumah tangga pun menjadi meningkat. Rumah tangga
akan menabung sebagian dari pendapatan tambahan ini, namun mereka juga akan
membelanjakan sebagian untuk barang – barang konsumsi. Karena meningkatkan
belanja konsumen, penurunan pajak menggeser kurva permintaan agregat ke kanan.
Serupa dengan hal itu, kenaikan pajak menekan belanja konsumen dan menggeser
kurva permintaan agregat ke kiri.
Menggunakan
Kebijakan Untuk Menstabilkan Perekonomian
Pemahaman
teoritis menimbulkan sejumlah pertanyaan penting tentang kebijakan, Haruskah
para pembuat kebijakan benar – benar menggunakan berbagai perangkat tersebut
untuk mengendalikan permintaan agregat dan menstabilkan perekonomian.
Pendukung
Kebijakan Stabilisasi Aktif
Pada
prinsipnya, pemerintah dapat mengubah kebijakan moneter dan fiskalnya untuk
merespon gelombang optimisme dan pesimisme ini sehingga menstabilkan
perekonomian. Sebagai contoh, ketika orang bersikap pesimisme secara
berlebihan, bank sentral dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk
menurunkan suku bunga dan meningkatkan permintaan agregat. Ketika mereka
bersikap optimis secara berlebihan, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang
yang beredar untuk meningkatkan suku bunga dan menurunkan permintaan agregat.
Penentang
Kebijakan Stabilisasi Aktif
Sebagian
ekonom berpendapat bahwa pemerintah seharusnya tidak menggunakan kebijakan
moneter dan fiskal aktif untuk menstabilkan perekonomian. Argumen utama yang
menentang kebijakan moneter dan fiskal aktif adalah kedua kebijakan ini
mempengaruhi perekonomian dalam jangka panjang. Kebijakan fiskal juga dapat
menghadapi kelambanan, namun tidak seperti kelambanan kebijakan moneter,
kelambanan kebijakan fiskal sebagian besar disebabkan oleh proses politik.
Kelambanan kebijakan moneter dan fiskal ini menjadi masalah karena sebagian
prakiraan ekonomi sangat tidak tepat. Hal terbaik yang dapat dilakukan oleh
pemerintah setiap saat adalah merespon perubahan ekonomi ketika terjadi.
Stabilisator
Otomatis
Stabilisator
otomatis (automatic stabilizer) adalah perubahan –
perubahan kebijakan fiskal yang mendorong permintaan agregat ketika
perekonomian mengalami resesi yang tidak mengharuskan pemerintah melakukan
tindakan yang sengaja. Stabilisator otomatis terpenting adalah sistem pajak.
Apabila ekonomi mengalami resesi, jumlah pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah
menurun secara otomatis karena hampir semua pajak terkait erat dengan kegiatan
perekonomian. Belanja pemerintah juga bertindak sebagai stabilisator otomatis.
Kenaikan belanja pemerintah secara otomatis ini mendorong perintaan agregat
tepay ketika permintaan agregat tidak memadai untuk memberikan pekerjaan penuh.
Comments
Post a Comment