Perilaku Organisasi Dasar-dasar Perilaku Individu
Perilaku
Organisasi
Dasar-dasar
Perilaku Individu
Disusun oleh kelompok 3:
Dika lidiyana (14.0102.0013)
Eva yuliyanti m. (14.0102.0018)
Evy andriyani (14.0102.0028)
Eri ariantoro (14.0102.0081)
Tri listyani (14.0102.0140)
Universitas
Muhammadiyah Magelang
Fakultas
Ekonomi Akuntansi
2015/2016
DASAR – DASAR
PERILAKU INDIVIDUAL
Kecerdasan adalah
satu karakteristik yang dibawa individu ketika mereka bergabung dalam suatu
organisasi. Bagaimana perbedaan individu dalam bentuk kemampuan (yang termasuk
kecerdasan) dan karakteristik biografis mempengaruhi kinerja dan kepuasan
karyawan. Bagaimana pula individu mempelajari perilaku dan apa yang dapat
dilakukan manajemen untuk membentuk perilaku tersebut.
A. Kemampuan
Kemampuan
adalah kapasitas seoarang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan. Kemampuan keseluruhan individu pada dasarnya terdiri atas dua
kelompok faktor intelektual dan fisik
1.
Kemampuan
intelektual
adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental
berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Individu dalam sebagian besar
masyarakat menempatkan kecerdasan, dan untuk alasan yang tepat pada nilai yang
tinggi. Individu cerdas biasanya mendapatkan lebih banyak uang dan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi juga lebih mungkin menjadi pemimpin dalam suatu
kelompok. Tujuh dimensi yang paling sering disebut yang membentuk kemampuan
intelektual adalah :
Dimensi
|
Deskripsi
|
Contoh pekerjaan
|
Kecerdasan angka
|
Kemampuan melakukan aritmatika
dengan cepat dan akurat
|
Akuntan : menghitung pajak penjualan
pada serangkaian barang
|
Pemahaman verbal
|
Kemampuan memahami apa yang dibaca
atau di dengar dan hubungan antara kata –kata
|
Manajer pabrik : mengikuti kebijakan
perusahaan pada perekrutan
|
Kecepatan persepsi
|
Kemampuan mengidentifikasi kemiripan
dan perbedaan visual secara cepat dan akurat
|
Penyelidik kebakaran :
mengidentifikasi petunjuk untuk mendukung tuntuntan pembakaran secara sengaja
|
Penalaran induktif
|
Kemampuan mengidentifikasi urutan
logis dalam sebuah masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut
|
Periset pasar : meramalkan
permintaan untuk sebuah produk pada periode waktu selanjutnya
|
Penalaran deduktif
|
Kemampuan menggunakan logika dan
menilai implikasi dari sebuah argumen
|
Pengawas : memilih antara dua saran
berbeda yang ditawarkan oleh karyawan
|
Visualisasi spasial
|
Kemampuan membayangkan bagaimana
sebuah objek akan terlihat bila posisinya dalam ruang diubah
|
Dekorator interior : mendekorasi
ulang sebuah kantor
|
Daya ingat
|
Kemampuan menyimpan dan mengingat
pengalaman masa lalu
|
Tenaga penjual : mengingat nama
–nama pelanggan
|
Selama satu dekade terakhir,
para peneliti telah mulai memperluas arti kecerdasan melampaui kemampuan
mental. Sejumlah peneliti yakin bahwa kecerdasan dapat dipahami secara lebih
baik dengan membaginya ke dalam empat subbagian : kognitif, sosial, emosional,
dan kultural. Kecerdasan kognitif meliputi kecerdasan yang telah lama diliput
oleh tes –tes tradisional. Kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk
berhubungan secara efektif dengan individu lain. Kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami dan mengelola emosi. Terakhir,
kecerdasan kultural adalah kesadaran akan perbedaan –perbedaan lintaskultural
dan kemampuan untuk berfungsi secara berhasil dalam situasi lintaskultural.
2.
Kemampuan
fisik
tertentu bermakna penting bagi keberhasilan pekerjaan yang kurang membutuhkan
ketrampilan dan lebih terstandar. Misalnya, pekerjaan yang menuntut stamina,
ketangkasan fisik, kekuatan kaki, atau bakat –bakat serupa yang membutuhkan
manajemen untuk mengidentifikasi kemampuan fisik seorang karyawan. Penelitian
terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah
mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari tugs
–tugas fisik. Kesembilan kemampuan dasar tersebut adalah
Faktor
kekuatan
|
|
1. Kekuatan dinamis
|
Kemampuan menggunakan
kekuatan otot secara berulang atau terus menerus
|
2. Kekuatan tubuh
|
Kemampuan memanfaatkan
kekuatan otot menggunakan otot tubuh (khususnya otot perut)
|
3. Kekuatan statis
|
Kemampuan menggunakan
kekuatan terhadap objek eksternal
|
4. Kekuatan eksplosif
|
Kemampuan mengeluarkan
energi maksimum dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif
|
Faktor Fleksibilitas
|
|
5. Fleksibilitas luas
|
Kemampuan menggerakkan tubuh
dan otot punggung sejauh mungkin
|
6. Fleksibilitas dinamis
|
Kemampuan membuat gerakan
–gerakan lentur yang cepat dan berulang –ulang
|
Faktor Lainnya
|
|
7. Koordinasi Tubuh
|
Kemampuan mengoordinasikan
tindakan secara bersamaan dari bagian –bagian tubuh yang berbeda
|
8. Keseimbangan
|
Kemampuan mempertahankan
keseimbangan meskipun terdapat gaya yang mengganggu keseimbangan
|
9. Stamina
|
Kemampuan mengerahkan upaya
maksimum yang membutuhkan usaha berkelanjutan.
|
Kesesuaian
kemampuan –pekerjaan
Pekerjaan
menuntut hal yang berbeda –beda dari setiap individu dan setiap individu
memiliki kemampuan yang berbeda –beda pula, dengan demikian kinerja karyawan
akan meningkat bila terdapat kesesuaian kemampuan –pekerjaan yang tinggi.
Kemampuan intelektual atau fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan
tersebut. Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan karyawan atau pada
persyaratan kemampuan dari pekerjaan akan mengabaikan fakta bahwa kinerja
karyawan bergantung pada interaksi dari keduanya.
B. Karakeristik-karakteristik
Biografis
Karakteristik perseorangan seperti
usia, gender, ras dan masa jabatan yang diperoleh secara mudah dan objektif
dari arsip pribadi seseorang.
1. Usia
Terdapat 3 alasan mengapa hubungan
usia dengan kinerja pekerjaan kemungkinan akan menjadi masalah selama dekade
mendatang, yaitu:
a.
adanya
kepercayaan yang luas bahwa kinerja pekerjaan menurun seiring bertambahnya
usia,
b.
angkatan
kerja menua,
c.
larangan
pensiun (UU AS)
Para pemberi kerja memiliki beberapa
persepsi mengenai usia, dari segi positif, para pekerja lebih tua, lebih
memiliki pengalaman, etika kerja yang bagus dan komitmen. Sedangkan dari sisi
negatif, para pekerja lebih tua dianggap kurang memiliki flesibilitas dan
sering menolak teknologi baru. Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu,
organisasi secara aktif lebih memilih mencari individu yang dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dan tebuka dengan perubahan. Berikut adalah pengaruh yang
ditimbulkan oleh usia:
ü Perputaran karyawan: semakin
tua , semakin kecil kemungkinan untuk keluar dari pekerjaan, karena mereka
memiliki lebih sedikit peluang alternatif pekerjaan. Selain itu, pekerja yang
lebih tua juga memiliki kemungkinan untuk mengundurkan diri yang lebih rendah,
karena masa pengabdian yang panjang cenderung member mereka gaji yang tinggi.
ü Ketidakhadiran: para pekerja
yang lebih tua cenderung memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi. Hal
ini, mungkin karena, kondisi kesehatan terkait usia dan waktu pemulihan yang
lebih lama bila sakit.
ü Produktivitas: produktivitas
menurun seiring bertambahnya usia, hal ini berkaitan dengan kecepatan,
kelincahan, kekuatan, maupun kebosanan. Namun, ada penelitian yang menunjukkan
bahwa usia dengan kinerja tidak ada keterkaitan, dengan alasan bahwa menurunnya
keterampilan fisik tidak cukup ekstrem bagi dampak produktivitas, karena akan
tergantikan oleh keuntungan yang didapatkan dari pengalaman.
ü Kepuasan kerja: bagi karyawan
professional kepuasan kerja cenderung meningkat, sedangkan bagi non
professional kepuasan kerja cenderung menurun selama usia tengah baya dan meningkat
lagi pada tahun-tahun berikutnya.
2.
Gender
Penelitian psikologi menunjukkan bahwa
wanita lebih bersedia menyesuaikan diri terhadap otoritas dan pria lebih
agresif serta memiliki pengharapan sukses dibandingkan wanita.
ü Perputaran karyawan: tidak ada
perbedaan antata pria dan wanita. Tetapi, ada studi yang menjumpai bahwa wanita
mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi.
ü Ketidakhadiran: wanita
memiliki tingkat ketidakhadiran yang tinggi dibandingkan pria. Hal ini karena
adanya tanggung jawab rumah tangga dan keluarga pada wanita, seorang anak
sedang sakit.
ü Produktivitas: tidak ada
perbedaan signifikan antara pria dan wanita.
ü Kepuasan kerja:
tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan memperngaruhi
kepuasan kerja.
3.
Ras
Dalam
situasi pekerjaan, terdapat sebuah kecenderungan bagi individu untuk menyukai
rekan kerja dari ras mereka sendiri dalam evaluasi kinerja, keputusan promosi
maupun kenaikan gaji.
4. Masa
Jabatan
ü Perputaran karyawan: semakin
lama seseorang dalam satu pekerjaan, lebih kecil kemungkinan untuk mengundurkan
diri.
ü Ketidakhadiran: senioritas
berkaitan negatif terhadap ketidakhadiran.
ü Produktivitas: semakin lama
masa jabatannya, semakin tinggi tingkat produktivitasnya, dengan alasan lebih
berpengalaman.
ü Kepuasan kerja: semakin tinggi
masa jabatan, semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerjanya.
C. PEMBELAJARAN
1. Definisi
Pembelajaran
Pembelajaran
yaitu setiap perubahan perilaku yang
relatif permanen ,terjadi sebagai hasil dari pengalaman .Pembelajaran telah
terjadi ketika seorang individu bererilaku,bereaksi,dan merespons sebagai hasil
dari pengalaman dengan satu cara yang
berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya.
Beberapa komponen yang melibatkan pembelajaran :
a.
Pembelajaran
melibatkan perubahan .
b.
Perubahan
tersebut haruslah mendarah daging
c.
Beberapa
bentuk pengalaman diperlukan untuk pembelajaran .
2. Teori
Pembelajaran
Terdapat
3 teori pembelajaran :
a.
Pengondisian
klasik yaitu jenis pengondisian dimana individu merespons beberapa stimulus
yang tidak biasa dan menghasilkan resons baru . contoh : pada sebuah pabrik
,setiapp pemimpin puncak dari kantor pusat dijadwalkan berkunjung,manajemen
pabrik tersebut akan merapikan kantor administratif dan membersihkan
jendela.hal ini telah berlangsung selama bertahun-tahun . akhirnya para karyawan akan memperlihatkan perilaku
terbaik mereka serta berepenampilam formal dan rapi setiap kali jendela
dibersihkan bahkan pada saat-saat tertentu dimana pembersihan tidak dibarengi
dengan kunjungan dari pemimpin puncak .karyawan telah belajar untuk mengasosiasikan
pembersihan jendela dari kantor pusat .
b.
Pengondisian
operant yaitu jenis pengondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan
menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman . contoh : ada profesor
yang menempatkan sebuah tanda di samping mana seorang siswa tersebut
berkontribusi terhadap diskus kelas . menurut pengondisian operant , praktik
ini memotivasi karena mengondisikan siswa untuk mengharapkan sebuah penghargaan
setiap kali ia menunjukkan perilaku tertentu.
c.
Pembelajaran
sosial yaitu pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan
pengalaman langsung . contoh : banyak dari apa yang telah kita pelajari
didasarkan atas pengamatan terhadap model-orang tua ,guru,rekan sebaya ,pemain
film dan televisi ,atasan dan seterusnya.
4
Proses yang telah ditemukan untuk menetukan pengaruh sebuah model :
·
Proses
perhatian
·
Proses
penyimpanan
·
Proses
reproduksi motor
·
Proses
penegasan
3. PEMBENTUKAN
: ALAT MANAGERIAL
Pembentukan perilaku secara sistematis
menegaskan setiap urutan langkah yang menggerakkan individu lebih dekat pada
respons yang dihrapkan .
a. Metode
Pembetukan Perilaku
Terdapat
4 cara pembentukan perilaku melalui :
1)
Penegasan
positif yaitu menindaklanjuti respons
dengan sesuatu yang menyenagkan .
2)
Penegasan
negatif yaitu menindaklanjuti respon dengan penghentian atau penarikan sesuatu
yang tidak menyenagkan .
3)
Hukuman
yaitu upaya untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan .
4)
Peniadaan
yaitu menghapuskan semua penegasan yang mempertahankan sebuah perilaku
b. Jadwal Penegasan
Terdapat dua
jenis jadwal penegasan yaitu:
1.
Penegasan Berkesinambungan (continuous reinforcement)
Yaitu
menegaskan perilaku yang diharapkan setiap kali dan setiap waktu penegasan
tersebut dilakukan.
Contoh kasus: Seseorang yang secara historis memiliki kebiasaan dengan
tiba di kantor tepat waktu. Setiap kali tidak terlambat manajer dapat memuji
karyawan tersebut karena telah melakukan perilaku yang diharapkan. Sebaliknya
dalam sebuah jadwal berkala, tidak setiap kesempatan dari perilaku yang diharapkan
ditegaskan, tetapi gagasan diberikan cukup sering untuk membuat tersebut
berharga untuk diulang.
2. Penegasan
Berkala (intermittent reinforcement)
Yaitu menegaskan suatu perilaku yang diinginkan yang cukup sering
menyebabkan perilaku tersebut diulangi, namun tidak setiap saat ditunjukan.
Penegasan ini dapat berupa:
a)
Jadwal
Interval, yaitu bergantung pada seberapa banyak waktu yang telah berlalu sejak
penegasan sebelumnya. Individu
ditegaskan pada perilaku sesuai yang pertama setelah kurun waktu tertentu
berlalu. Interval ini terdiri atas:
Ø Jadwal
interval tetap (fixed interval schedule),
Yaitu ketika penghargaan diberi jarak interval waktu
yang seragam. Variabel yang menentukan adalah waktu dan dipertahankan secara
konstan.
Contoh kasus: Karyawan mendapat imbalan kerja keras
atas dasar mingguan, bulanan, atau dasar waktu lain yang telah ditentukan.
Ø Jadwal
interval variable (variable interval schedule)
Yaitu penghargaan yang diberikan pada waktu tertentu
sehingga penegasannya tidak dapat diprediksikan.
Contoh kasus: Saat Dosen mengatakan kepada mahasiswa
akan memberikan quiz dadakan akan
diberikan selama 1 semester (jumlah pasti tidak diketahui mahasiswa) dan
proporsi 20% nilai akhir.
b)
Jadwal Rasio, yaitu
bergantung pada seberapa banyak respons yang dibuat oleh objek. Individu
ditegaskan setelah memberikan sejumlah jenisnperilaku tertentu. Rasio ini
terdiri atas:
Ø Jadwal rasio
tetap (fixed ratio schedule)
Yaitu pencetusan/ pemberian penghargaan setelah
sejumlah respons yang tetap atau konstan.
Contoh kasus: Rencana insentif tarif per-buah,
karyawan menerima pengahargaan berdasar jumlah kerja yang dihasilkannya ( kasus
penegasan = uang), upah seseorang pemasang kancing pada pabrik pakaian ex.$5,00
per lusin dsb.
Ø Jadwal rasio
variabel (variable ratio schedule)
Yaitu pemberian /memvariasikan penghargaan secara
relatif terhadap perilaku individu.
Contoh kasus: Tenaga penjualan yang memperoleh imbalan
kerja berdasar komisi, mereka mungkin dapat membuat penjualan dengan 2x
penawaran pada pihak potensial, ada juga yang harus 20x penawaran dll.
Jadi penghargaan yang berhasil dilakukan tenaga
penjual tersebut.
c) Jadwal dan Perilaku Penegasan
Adapun Jadwal penegasan berkesinambungan dapat memicu
kejenuhan dengan cepat dan dibawah jadwal ini perilaku cenderung melemah degan
cepat ketika penegasan tidak diberikan. Namun penegasan bekesinambungan
disediakan untuk respon-respon yang baru dicetuskan, tidak stabil, dan jangka
pendek. Sebaliknya, penegasan berkala tidak menyebabkan kejenuhan dengan cepat
karena tidak mengikuti setiap respon.
Secara umum, jadwal variable cenderung menyebabkan
kinerja lebih tinggi dibanding jadwal tetap. Contoh: sebagian organisasi karyawan dibayar berdasar jadwal
interval tetap, namun jadwal ini tidak secara nyata menghubungkan kinerja
dengan penghargaan. Sebaliknya jadwal interval variabel menghasilkan respon
tingkat tinggi serta perilaku yang konsisten karena tinnginya korelasi, dan
ketidak pastian ( karyawan cenderung lebih waspada karena adanya faktor yang tidak terduga).
d) Modifikasi
perilaku (Mod POB)
: Penerapan atas konsep penegasan kepada individu dalam situasi kerja.
Model umum dari Mod POB
mengikuti lima langkah :
1.
Mengidentifikasi
perilaku penting yang memiliki pengaruh kuat terhdap kinerja.
2.
Mengembangkan
data lini dasar.
Dalam
langkah ini dibutuhkan seorang manager untuk mengembangkan kinerja lini dasar.
Manager menentukan jumlah waktu perilaku yang diidentifikasi terjadi dalam
kondisi-kondisi saat ini.
3.
Melakukan
fungsiolanal untuk mengidentifikasi Kemungkinan atau konsekuensi perilaku dari
kinerja. Dimana menginformasikan petunjuk awal penyebab timbulnya suatu perikau
dan konsekuensi-konsekuensi yang terjadi pada manager.
4.
Mengembangkan
dan menerapkan sebuah strategi intervensi untuk menguatkan perilaku kinerja
yang diharapkan dan melemahkan perilaku yang tidak diharapkan. Strategi yang
sesuai akan membutuhkan perubahan beberapa elemen dari kinerja yang berhubungan
dengan penghargaan, srtuktur, proses, teknologi, kelompok, atau tugas tersebut
dengan tujuan untuk membuat kinerja tingkat tinggi yang lebih menguntungkan.
5.
Mengevaluasi
perbaikan kinerja. Mengevaluasi perubahan perilaku anggota organisasi dimana
sebuah perilaku yang di terapkan itu sudah relative permanen.
Mob POB telah digunakan oleh berbagai
organisasi untuk emningkatkan produktifitas karyawan, untuk:
1.
Mengurangi
kesalahan
2.
Mengurangi
ketidak hadiran dan keterlambatan
3.
Mengurangi
tingkat kecelakaan
4.
Meningkatkan
keramahan terhadap pelanggan.
e) Masalah
dengan Mod PO dan Teory penegasan
Meskipun
efektifitas dari penegasan dalam bentuk penghargaan dan hukuman didukung dari
berbagai literature, itu tidak secara langsung berarti bahwa skinner adalah
benar atau bahwa Mod PO adalah cara terbaik untuk memberikan penghargaan kepada
individu.
Salah
satu masalah dengan paham perilaku adalah penelitian yang menunjukkan bahwa
pikiran dan perasaan dengan segera mengikuti rangsangan lingkungan. Bahkan
rangsangan yang secara eksplisit ditunjukan untuk membentuk perilaku. Dimana
hal itu berlawanan dengan asumsi dari paham perilaku dan Mod PO tidak relevan
bahwa pikiran dan perasaan individu yang paling dalam dalam respon terhadap
lingkungan.
Sebagai
contoh : Keitka seorang dipuji karena melkukan suatu hal yang baik maka orang
lain yag melihat akan melakukan hal yang sama karena akan mendapatkan pujian
yang menyenangkan pula. Namun dengan saat yang sama orang akan berpikir bahwa
dia mungkin mendapatkan gunjingan atau tertawa ejekan dari orang lain yang
melihatnya mencontoh orang lain yang lebih dulu mendapatkan pujian.
Beberpa
orang menganggap Mop PO alah suatu bentuk manipulasi, para manager yang
mnerapkan Mop Po dianggap memilih konsekuensi untuk mengendalikan perilaku
karyawan, dimana para manager akan membatasi pekerja dari invidualitas dan
kebebasan pribadi untuk memilih.
Masalah
yang lain adalah bahwa pujian itu ditujukan tanpa tujuan untuk membentuk
perilaku. Atau beberapa hal yang lain. Dimana masalah msalah tersebut di atas
pengkondisian operant dan paham perilaku telah digantikan oleh
pendekatan-pendekatan lain yang menekankan proses-proses kognitif. Meskipun
demikian tidak dapat dipungkiri bahwa teori-teori ini dalam pemahaman kita
terhadap perilaku manusia.
Comments
Post a Comment